Jakarta, BatamEkbiz.com – Pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak usaha kecil mikro (UKM) gulung tikar. Sekitar 45 persen pelaku UKM hanya mampu bertahan 3 bulan dalam kondisi ekonomi di masa pandemi. Banyak UKM kehabisan kas atau modal, mengurangi tenaga kerja, hingga menutup operasional usaha.
“Data survei Asian Development Bank (ADB) terhadap UMKM di Indonesia, 88 persen usaha mikro (UKM) kehabisan kas atau tabungan. Lebih dari 60 persen usaha mikro sudah mengurangi tenaga kerjanya. Untuk itu, penting untuk mengintervensi dengan literasi keuangan bagi usaha mikro,” ujar Fiki Satari, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM.
Menurut Fiki, Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) memiliki strategi empat tahap pengembangan digitalisasi UMKM. Pertama, meningkatkan Sumber Daya Manusia dengan mempersiapkan pelaku UKM agar kapasitasnya bisa meningkat. Kedua, mengintervensi perbaikan proses bisnisnya dan menurunkan ke dalam beberapa program.
Ketiga, memperluas akses pasar, salah satunya bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Sehingga pelaku UKM bisa menjadi vendor pengadaan barang dan jasa pemerintah. Keempat, mengglorifikasi pahlawan lokal pelaku UMKM.
Baca juga: UKM Antre Urus Bantuan di BRI Sekupang
“Pahlawan lokal pelaku UKM ini syaratnya adalah pemantik, pemberdaya, dan punya brand yang kuat. Kemudian secara keseluruhan mampu mengagregasi UKM untuk berlabuh ke platform digital ataupun ke pasar internasional (ekspor) nantinya”, terang Fiki.
Fiki menjelaskan, tantangan UKM di Indonesia memang cukup beragam dan perlu mencari solusi-solusi yang tepat. Karena terkait dengan rasio kewirausahaan di Indonesia yang baru mencapai 3,5 persen. Dengan kondisi ini, perlu untuk menciptakan kemudahan berusaha agar meningkatkan rasio tersebut.